"Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.”
(Galatia 6: 4)
Ada satu hal menarik yang dilakukan oleh beberapa tim sepakbola yang menjadi agenda wajib mereka, baik mereka menang maupun sedang kalah, yaitu mereka diwajibkan untuk menonton rekaman pertandingan yang baru saja selesai mereka mainkan.
Tujuannya adalah mereka perlu mengevaluasi diri masing-masing untuk dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Mereka akan memerhatikan hal-hal apa saja yang seharusnya mereka lakukan dan apa yang seharusnya mereka tidak lakukan dalam pertandingan tersebut.
Melalui tayangan rekaman pertandingan itu yang perlu mereka evaluasi adalah diri mereka masing-masing dan bukan lawan ataupun rekan mereka satu tim.
Yang menjadi refleksi diri masing-masing adalah: Apakah saya sudah main dengan maksimal dan memberikan kemampuan yang terbaik dalam diri saya untuk tim/ kelompok di mana saya ada di dalamnya ?
Mengapa hal ini penting dilakukan ?
Bukankah kecenderungan setiap orang adalah menilai pekerjaan orang lain dan bukannya pertama-tama menguji pekerjaannya sendiri ?
Selama ini ada kecenderungan dalam diri manusia untuk membesarkan dirinya sendiri dan mengecilkan peran orang lain.
Kita akan menjadi orang yang cenderung merasa tidak nyaman apabila ada orang lain yang punya prestasi melebihi kita, baik itu rekan kerja, rekan sepelayanan, bahkan saudara yang memiliki prestasi lebih menonjol dari kita.
Di dalam situasi seperti itu, bagi mereka yang suka menilai pekerjaan orang lain daripada menilai pekerjaannya sendiri akan mencari kambing hitam atas semua kegagalan atau ketidak berhasilannya dalam bekerja, karier, hidup berkeluarga, pelayanan atau dalam semua ketidak nyamanan yang dia alami dalam hidupnya.
(1 Korintus 4:7)
"Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya ?"
Kita perlu bertanya pada diri sendiri : “Apakah ini merupakan usaha terbaik saya ataukah sebenarnya saya masih bisa lebih baik dari ini? Apakah saya sudah maksimal dalam memanfaatkan karunia dan talenta yang Tuhan percayakan dalam diri saya untuk kehidupan pribadi, keluarga, gereja, dan masyarakat? Apakah saya sudah berusaha maksimal dalam menjadi saluran berkat Tuhan dalam hidup ini?
(1 Timotius 4:14)
"Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu..."
Apabila kita sudah dapat melakukan hal tersebut di atas, maka kita akan semakin mengalami pertumbuhan dalam kematangan emosi, sosial, dan spiritual.
Matang secara emosi karena kita akan secara dewasa melihat potensi apa saja dlm diri kita yang belum kita optimalkan.
Kita akan terus memacu diri kita untuk mengelola perasaan agar tidak jatuh dalam kesombongan, rendah diri, depresi, putus asa.
Pada saat berhasil kita tidak sampai lupa diri sebaliknya, pada saat kita mengalami hambatan atau kegagalan kita tidak sampai putus asa. Apabila kita mau menguji diri sendiri maka kita juga akan mempunyai kematangan sosial.
Mengapa? Karena kita tidak akan mencari dan menunjuk orang lain sebagai kambing hitam untuk kita salahkan demi menutupi kekurangan diri kita sendiri.
Kita akan semakin mampu menempatkan diri kita dalam sebuah tim kerja yang saling bersinergi dengan sesama di tempat kerja dan juga dalam pelayanan di gereja. Selain itu, kita juga dapat berfungsi sebagai garam dan terang di tengah keluarga, masyarakat, dan gereja.
Oleh sebab itu, mari kita mulai mengevaluasi diri terlebih dahulu:
hal apa saja yang ada dalam lingkup kehidupan kita baik di kantor, keluarga, lingkungan masyarakat, dan gereja yang perlu kita tingkatkan ? Apakah saya sudah memberikan kontribusi yang baik dan maksimal bagi kehidupan di keluarga
lingkungan kerja, serta lingkungan gereja?
Dan masih banyak hal lain yang perlu kita lakukan untuk menguji diri kita sendiri.
Susah untuk dilakukan? Tidak juga, kalau kita mau melakukannya. Memang pada awalnya kita terasa berat karena harus berani jujur pada diri sendiri dan Tuhan.
Ingatlah bahwa diri kita sendirilah merupakan pembanding yang terbaik bagi pertumbuhan diri kita di mata Tuhan dan sesama. (2 Korintus 10:12). SW
Komentar
Posting Komentar